hidup untuk kemajuan pendidikan

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Twitter

sosiologi pendidikan

Posted by achmad shidiq permana cspd - -

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Definisi Sosiologi
Secara etimologis sosiologi berasal dari kata “socius” dan “logos”. Socius artinya “berkawan” dan logos artinya “ ilmu”. Jadi sosiologi berarti ilmu berkawan atau berteman.
Sedangkan definisi Sosiologi berdasarkan para pakar adalah sebagai berikut:
a. sosiologi adalah studi tentang hubungan antara manusia (human relationship). (Alvin Bertrand)
b. sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material. (Mayor Polak)
c. sosiologi adalah ilmu masyarakat umum. (P.J. Bouwman)
d. sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi).
Manusia sebagai makhluk sosial, dalam memenuhi kebutuhannya yang sangat kompleks, membutuhkan orang lain. Ia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, karena setiap manusia memiliiki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam rangka memenuhi kebutuhan itulah manusia memerlukan pergaulan hidup dengan manusia lain.
Salah satu ilmu yang banyak membicarakan tentang tata cara pergaulan atau tingkah laku manusia dalam kelompok sosialnya adalah sosiologi.

Menurut objeknya, ilmu pengetahuan itu dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Ilmu pengetahuan alam
2. Ilmu pengetahuan sosial
Ilmu pengetahuan soaial adalah ilmu pengaatahuan yang menyelidiki aspek sisio cultural kehidupan manusia. Ilmu penbetahuan sosial itu misalnya, ilmu ekonomi, ilmu hukkum, ilmu pendidikan, prikologi, antropologi dan sosiologi.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan pengetahuan. Objek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangnya adalah memandang hakekat masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaannya dan perkembangan pribadi. Salah satu yang mendapat perhatian sosiologi adalah tata sosial.
Pusat penelitian sosiologi adalah tingkah laku sosial yaitu tingkah laku manusia dalam institusi sosial. Tingkah laku itu hanya dapat dimengerti, apabila kita melihat adanya tujuan, cita-cita atau nilai-nilai yang dikejaar.
Tingkah laku sosial itu membangun kepribadian manusia, yaitu melalui peranan-peranan yang dilakukannya dalam kehidupan kelompoknya. Peranan-peranan itu menghasilkan kebudayaan, yang sering disebut dengan warisan sosial manusia.

Sosiologi dapat dibagi menjadi 2 macam:
1. Sosiologi umum ; yang tugasnya untuk menyelidiki gejala sosial cultural secara umum
2. Sosiologi khusus ; yaitu pengkhususan dari sosiologi umum yang tugasnya menyelidiki kehidupan sosio kultural secara mendalam. Sosiologi khusus itu adalah :
 Sosiologi masyarakat desa
 Sosiologi masyarakat kota
 Sosiologi agama
 Sosiologi pendidikan dsb.
Dengan demikian sosiologi pendidikan merupakan salah satu cabang dari sosiologi khusus. Hal ini sesuai dengan pendapat F.G.Robbins, bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Yang dimaksud dengan struktur disini adalah teori dan filsafat pendidkan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan dalam kaitannya dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan yang disebut dinamika adalah proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian dalam hubungannya dengan proses pendidikan.
Sosiologi dapat berfungsi sebagai ilmu murni dan ilmu terapan, misalnya dalam ilmu murni meneliti tentang budaya mencontek ketika ujian dan jika dalam ilmu terapan akan mengkaji bagaimana cara mencegah siswa mencontek saat ujian. Sosiologi sangat dibutuhkan dalam masyarakat, baik sebagai peneliti, konsultan, maupun sebagai pendidik.

B. Pengertian dan Definisi Pendidikan
Pendidkan merupakan terjemahan dari kata “Education”. Dalam kaitannya dengan proses mendidik, berasal dari paeadagogia yang terdiri dari kata paeda yang berarti mendidik dan gogia yang berarti ilmu, jadi paedagogia adalah ilmu mendidik.
Dalam konsep tradisional pendidikan, tidak lebih dari pemberian informasi pada siswa yang penguasaannya ditagih melalui ujian yang menggunakan ingatan. Kurikulum tadisional berorientasi kepada materi yang mengharuskan kepada murid lebih banyak menghapal daripada belajar.
Pengembangan konsep pendidikan lebih selanjutnya mengarah kepada pengertian yang lebih lengkap. Konsep yang demikian banyak dalam literatur, batasan pendidikan yang banyak dipakai oleh para ahli, mengartikan pendidikan itu : “sebagai usaha yang disengaja dan sadar untuk mengembangkan kepribadian anak untuk menjadi anggota masyarakat”. Pandangan tentang hakekat manusia inilah yang dijadikan dasar untuk membina kepribadian anak manusia erta menyiapkannya menjadi anggota masyarakat. (Sultan Zanti Arbi & Syahman Syahrun).
Menurut batasan atau definisi diatas, bahwa pendidikan sebagai usaha yang sengaja dan sadar, namun kenyataannya banyak hal yang diterima anak melalui proses tidak sadar. Anak dibesarkan dalam lingkungan sosial yang punya pola budaya. Anak-anak menerima nilai-nilai sosial itu secara tidak sadar, walaupun hasilnya mereka sadari. Bahkan anak yang menerima nilai budayanya atau keyakinan tertentu, tanpa sadar apa yang telah terjadi pada dirinya. Demikian pula halnya dengan seseorang guru tidak selalu sadar akan pengaruh yang ia lakukan terhadap anakanak. Sekarang pendidik mungkin tidak menyadari pengaruh alat yang mereka gunakan, akan tetapi mereka harus selalu menyadari tujan pendidikan yang ingin dicapai. Kesadaran akan tujuan ini akan memungkinkan guru atau pendidik untuk selalu mawas diri terhadap peruatan tidak sadarnya. Dengan demikian “usaha yang disengaja dan sadar itu harus ditafsirkan seperti ini”(Sodiq A. Kuntoro;1985).
Konsep pendidikan selanjutnya adalah konsep pendidikan yang menyatukan semua kegiatan pendidikan, baik pendidikan yang terjadi di dalam sekolah, maupun diluar sekolah (dalam keluarga atau dalam masyarakat), secara terpadu dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini oleh Unesco dikenal dengan pendidikan seumur hidup terpadu (life long education).
Ada 2 pengertian esensial yang terkandung dalam konsep itu, yaitu:
1. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia
2. Pendidikan merupakan kegiatan terpadu antara kegiatan pendidikan alam sekolah maupun diluar sekolah.
Pengertian pertama menegaskan bahwa pendidikan adalah mengembangkan potensi-potensi dan sikap subjek didik terus menerus secara maksimal tanpa mengenal batas usia.
Konsep kedua, menjelaskan bahwa pendidikan seharusnya dapat mengintegrasikan pendidikan yang bermacam-macam dalam masyarakat, baik pendidikan sekolah, pendidikan dalam masyarakat, pendidikan di tempat kerja dan dimana saja.
Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan hakekat pendidikan itu dinyatakan oleh Raka Joni (1985) sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Asumsi dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat mempunyai arti penting, baik bagi individu maupun bagi masyarakat, sebab antara individu dan masyarakat saling berkaitan.

C. Pengertian dan Definisi Sosiologi Pendidikan
Ditinjau dari etimologisnya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu “sosiologi” dan “pendidikan”. Maka sepintas saja telah jelas bahwa didalam sosiologi pendidikan itu yang menjadi masalah sentralnya adalah aspek-aspek sosiologi didalam dunia pendidikan.
Situasi pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial yaitu hubungan dan pergaulan sosial antara pendidik dengan anak didik, pendidik dengan pendidik, anak didik dengan anak didik, pegawai dengan pendidik, pegawai dengan anak didik. Hubungan dan pergaulan ini secara totalitas merupakan suatu unit keluarga ialah keluarga sekolah, dimana didalam keluarga sekolah itu terdapat hubungan dan pergaulan sosial yang timbal balik, saling pengaruh mempengaruhi dan terjadi interaksi sosial.
Maka jelaslah bahwa didalam sosiologi pendidikan itu akan berlaku dan bekerja sama antara prinsip-prinsip sosiologis dan prinsip-prinsip paedagogis beserta ilmu-ilmu bantuannya seperti psikologi pendidikan. Atau secara konkrit, bahwa didalam sosiologi pendidikan itu bukan saja terdapat sosiologi ataupun pendidikan saja, akan tetapi sosiologi dan pendidikan yang merupakan suatu ilmu yang baru yaitu kerja sama antara keduannya, dengan mempergunakan prinsip-prinsip sosiologi didalam seluruh proses pendidikan yang meliputi metode pembelajaran, organisasi sekolah, evaluasi pembelajaran, dan kegiatan belajar mengajar.
E.George Payne, menekankan bahwa di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapat apa yang dinamakan social Relationship. Hubungan-hubungan sosial ataupun secara teknis disebut interaksi sosial dimana didalam dan dengan interaksi sosial itu individu memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Inilah yang merupakan aspek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya. Selanjutnya Payne mengemukakan pula bahwa interaksi sosial itu dapat membentuk tingkah laku manusia secara tertentu, dianggap sebagai sistem pendidikan yang berkembang terus. Artinya setiap di dapati kondisi dan situasi baru haruslah ada interaksi sosial yang baru dan seolah-olah individu-individu itu belajar berinteraksi sosial. Inilah yang merupakan prinsip paedagogisnya.
E.B.Reuter mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial itu selalu saling pengaruh mempengaruhi (proses of social interaction).
Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
W. Dodson berpendapat bahwa sosiologi pendidikan itu mempersoalkan pertemuan dan pencampuran dari lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas, dimana nanti akan terbentuk tingkah laku, dan sekolah dianggap sebagai dari total cultural milieu, sedangkan sosiologi pendidikan memperbincangkan dan berusaha menemukan bagaimana memanipulasi proses-proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian.
Akhirnya Abu Ahmad (1991) mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan itu merupakan cabang dari ilmu jiwa yang membahas tentang proses interaksi sosial anak-anak mulai dari lahirnya, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi sosio-kultural yang terdapat di dalam masyarakat dan negaranya.

D. Tujuan Sosiologi Pendidikan di Indonesia
Abu Ahmad (1991) mengemukakan 7 macam tujuan sosiologi pendidikan di indonesia yaitu:
1. Berusaha memahami peranan sosiologi daripada kegiatan sekolah terhadap masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan intelektual. Oleh karenanya sekolah harus bisa menjadi suri tauladan dari masyarakat sekitarnya dan mengadakan sosialisasi intelektual untuk memajukan kehidupan masyarakat.
2. Untuk memahami seberapa jauhkah guru dapat membina kegiatan sosial anak didiknya untuk mengembangkan kepribadian mereka.
3. Untuk mengetahui pembinaan ideologi pancasila dan kebudayaan nasional indonesia di lingkungan pendidikan dan pengajaran.
4. Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyarakat sekitar agar pendidikan memiliki kontribusi praktis bagi masyarakat dan negara.
5. Untuk menyelidiki faktor-faktor kekuatan masyarakat yang bisa menstimulir pertumbuhan dan perkebangan kepribadian anak.
6. Memberikan sumbangan dan kontribusi positif terhadap ilmu pendidikan.
7. Memberikan pegangan terhadap penggunaan prinsip-prinsip sosiologi untuk mengadakan pengembangan sikap dan kepribadian anak didik.
Sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi diantara individu-individu dan kelompok, kelompok dengan kelompok, atau dengan perkataan lain secara khusus sosiologi pendidikan itu membicarakan, melukiskan dan menerangkan institusi-institusi, kelompok-kelompok sosial, dan proses sosial, hubungan atau relasi sosial dimana didalamnya individu manusia memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Jadi sosiologi pendidikan tidak hanya terbatas pada studi di sekolah saja, tetapi lebih luas lagi, ialah mencakup institusi-institusi sosial dengan batasan sepanjang pengaruh dari pada totalitas milieu kultural terhadap perkembangan kepribadian anak.

E.Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Ilmu bila diterjemaahkan dalam bahasa indonesia berarti “pengetahuan”. Jadi pada dasarnya bila ditinjau dari istilahnya sama saja. Tetapi biasanya orang membedakan antara “ilmu” atau “ilmu pengetahuan” dengan “pengetahuan” atau “pengetahuan pengalaman”. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dengan seseorang dengan jalan apa pun. Sering juga orang menyebut pengetahuan itu sebagai segala sesuatu yang diketahui orang dari pengalamannya, sehingga disebut sebagai pengetahuan pengalaman.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah pengetahuan seseorang yang diperoleh dengan penelitian yang mendalam yang diperoleh dengan mempergunakan metode-metode ilmiah.
Metode ilmiah adalah segala cara yang ditempuh oleh sesuatu ilmu untuk sampai kepada pembentukan ilmu menjadi suatu kesatuan yang sistematis dan logis.

F. Pengertian Dasar Antropologi
Kata Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti pikiran atau ilmu. Secara sederhana, Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari manusia. Tentunya kita akan semakin bertanya-tanya, begitu banyak ilmu yang mempelajari manusia.
Menurut William A. Haviland, seorang antropologi Amerika, Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan mempelajari kedua hal tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan tentang berbagai macam bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia.
Koentjaraningrat, bapak Antropologi Indonesia, mendukung definisi Antropologi yang diberikan oleh Haviland. la menyatakan bahwa Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat, serta kebudayaan yang dihasilkan (Koentjaraningrat, 1996:4).
Koentjaraningrat, Bapak Antropologi Indonesia, berjasa meletakkan dasar-dasar perkembangan ilmu Antropologi di Indonesia. Sebagian hidupnya disumbangkan untuk perkembangan ilmu Antropologi dan aspek-aspek kehidupan yang berkaitan dengan kebudayaan dan kesukubangsaan di Indonesia. Lahir di Yogyakarta. 15 Juni 1923, sebagai soak tunggal pasangan RM Emawan Brotokoesoemo dan RA Pratisi Tirtotenojo. Sejak kecil Koentjaraningrat di didik disiplin dan mandiri oleh sang Ibu. Antropolog yang meraih gelar doktorandus di Universitas Indonesia (1952), MA dari Yale University (1956). dan Doktor Antropologi di Ul tahun 1958 ini. terkenal antara lain karena kemampuannya menuIis berbagai buku dan artikel ilmiah dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda. serta diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis dan Jepang. Disertasi Koentjaraningrat, Beberapa Metode Antropologi dalam Penyelidikan Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia (1958), dianggap sebagai langkah awal ke arah pemenuhan kebutuhan informasi untuk pendidikan Antropologi.

G. Tujuan Antropologi sebagai Ilmu
Secara akademis, Antropologi berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis, Antropologi berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan manusia dan kebudayaannya merupakan suatu hal yang harus dapat diterima, bukan sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber pemahaman baru, agar secara terus-menerus manusia dapat merefleksikan dirinya. Secara praktis, kajian ilmu Antropologi dapat digunakan untuk membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus membuat masyarakat dan kebudayaan itu kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban.
Antropologi di dalam masyarakat berperan sebagai peneliti tentang keanekaragaman masyarakat. Suku bangsa yang dapat digunakan untuk ilmu itu sendiri (pengembangan metode ilmiah), juga sebagai dasar untuk mengambil kebijakan pembangunan yang dapat memecahkan masalah – masalah sosial di dalam masyarakat. Para antropolog bersama – sama dengan sosiolog dapat membantu memecahkan masalah social budaya dan merencanakan pembangunan sosial. Antropologi dan sosiologi dapat membantu memecahkan masalah – masalah sosial budaya dan perencanaan pembangunan seperti masalah tenaga kerja anak – anak.























BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Sosiologi ialah pengetahuan yang mempelajari hubungan sosial antara sesama manusia (individu dan individu), antara individu dengan kelompok, serta sifat perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga sosial.
Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Asumsi dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat mempunyai arti penting, baik bagi individu maupun bagi masyarakat, sebab antara individu dan masyarakat saling berkaitan.
Sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi diantara individu-individu dan kelompok, kelompok dengan kelompok, atau dengan perkataan lain secara khusus sosiologi pendidikan itu membicarakan, melukiskan dan menerangkan institusi-institusi, kelompok-kelompok sosial, dan proses sosial, hubungan atau relasi sosial dimana didalamnya individu manusia memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya.
Sedangkan antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari manusia. atau ilmu pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya.




DAFTAR PUSTAKA


Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Tim Dosen. 2011. Bahan Ajar Sosiologi Pendidikan. Tasikmalaya.
www. Google. Com / sosiologi pendidikan.
www. Google. Com / antpropologi.

Leave a Reply