hidup untuk kemajuan pendidikan

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter
  • Vestibulum quis diam velit, vitae euismod ipsum

    Etiam tincidunt lobortis massa et tincidunt. Vivamus commodo feugiat turpis, in pulvinar felis elementum vel. Vivamus mollis tempus odio, ac imperdiet enim adipiscing non. Nunc iaculis sapien at felis posuere at posuere massa pellentesque. Suspendisse a viverra tellus. Nam ut arcu et leo rutrum porttitor. Integer ut nulla eu magna adipiscing ornare. Vestibulum quis diam velit, vitae euismod ipsum? Quisque ...

  • Aliquam vel dolor vitae dui tempor sollicitudin

    Proin ac leo eget nibh interdum egestas? Aliquam vel dolor vitae dui tempor sollicitudin! Integer sollicitudin, justo non posuere condimentum, mauris libero imperdiet urna, a porttitor metus lorem ac arcu. Curabitur sem nulla, rutrum ut elementum at, malesuada quis nisl. Suspendisse potenti. In rhoncus ipsum convallis mauris adipiscing aliquam. Etiam quis dolor sed orci vestibulum venenatis auctor non ligula. Nulla ...

  • Nam ullamcorper iaculis erat eget suscipit.

    Etiam ultrices felis sed ante tincidunt pharetra. Morbi sit amet orci at lorem tincidunt viverra. Donec varius posuere leo et iaculis. Pellentesque ultricies, ante at dignissim rutrum, nisi enim tempor leo, id iaculis sapien risus quis neque. Ut sed mauris sit amet eros tincidunt adipiscing eu vitae lectus. Class aptent taciti sociosqu ad litora torquent per conubia nostra, per inceptos ...

Twitter

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Barisan
2.1.1 Barisan Aritmatika
Kita pernah betemu dengan istilah barisan pada saat kita belajar matematika sebelumnya. Sebagai contoh, bilangan-bilangan 5, 7, 9, 11, 13, 15 mendefinisikan suatu barisan. Suatu barisan dikatakan terhingga karena ada bilangan pertama dan bilangan terakhir. Kita akan lebih focus pada pembicaraan barisan tak hingga yang selanjutnya kita katakana sebagai “barisan” saja. Barisan adalah suatu kumpulan suku-suku dalam urutan tertentu. Secara formal, suatu barisan dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi yang mempunyaidaerah asal bilangan bulat positif.
Bilangan-bilangan didalam daerah hasil suatu barisan, yang disebut suku barisan, kita batasi untuk bilangan-bilangan real. Perhatikan contoh barisan berikut ini.
(1) 1,2,3,4,5,6,….
(2) 0,5,10,15,20,25,….
(3) 2,6,10,14,18,22,….
(4) 1,11,111,1111,11111,….

"Ketidakmerataan Pendidikan Sudah Cukup Sering Dibicarakan"
(Solusinya? hm... tell me how sir?)

Dari Dalila Sadida - "saya jadi ingat saat sedang kuliah, hal macam ini (ketidakmerataan pendidikan) sudah cukup sering dibicarakan pak, namun rasanya masih "sebatas" dibicarakan, action nya? hm... tell me how sir? while I'm "just" an ordinary uni student. thank you in advance :)"


Kalau melihat keadaan, jelas ICT bukan solusinya.
http://teknologipendidikan.com/rasiokomputer.html

Masalah kita adalah, kita selalu mencari solusi ajaib, dan suka lewat yang betul adalah solusi (Can't see the forest because of the trees).

Kalau saya ingat pada tahun 1998-2000 waktu saya bekerja di Kemendiknas, saya masih ingat Pak Arief Rachman menyampaikan kepentingan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pembelajaran Kontekstual (PAKEM) kepada Kepala Sekolah dengan pasion dan semangat yang sebelumnya saya belum pernah menyaksikan. Hebat!

Tetapi, kayaknya kita sudah lupa kata-kata beliau, dan sampai sekarang MBS dan Pembelajaran Kontekstual sudah ditinggalkan sebelum dilaksanakan, dan kita tidak mempunyai fondasi pendidikan.

MBS, PAKEM, dan TTG (TTG sudah ada di semua sekolah sekarang) masih adalah kuncinya untuk melaksanakan pendidikan yang bermutu, maupun 'meratakan pendidikan' karena berbasis kemampuan dan kreativitas guru, dan sampai sekarang otak guru masih adalah teknologi yang paling mampu melaksanakan pembelajaran yang efektif dan bermutu di Indonesia, maupun di luar negeri. Kita hanya perlu mengaktifkan otaknya :-)
Maupun siswa-siswi kita: http://teknologipendidikan.com/mengaktifkansiswa.html dan
http://teknologipendidikan.com/21stcenturylearning.html

Sejak akhirnya tahun 80an (di luar negeri) dan pada awal tahun 2000 (di sini), Audio-Visual Aids (alat bantu pembelajaran) dan Ilmu TP sudah mulai digeserkan sampai ada manusia yang kelihatannya percaya bahwa teknologi dapat mengajar lebih efektif daripada manusia.

Di mana kita ingin membentukkan perilaku orang dan menyampaikan informasi tertentu pembelajaran berbasis-teknologi, seperti e-learning mempunyai peran, misalnya karyawan kantor, pilot, tentara, perawat, dll, di mana perilakunya adalah berbasis kebijakan dan seragam.

Tetapi di mana tujuan kita adalah mengembankan seorang sesuai kemampuan beliau secara individu, yang kreatif dan inovatif dan dapat mandiri maupun menghadapi tantangan baru, tidak ada pengganti untuk manusia (guru) dengan Appropriate Technology (TTG).

Menurut saya, cara meratakan pendidikan di Indonesia adalah meratakan SDMnya. Bukan oleh pelatihan dan penataran seperti zaman D4, tetapi oleh meningkatkan akuntabilitas guru untuk meningkatkan kemampuan sendiri (seperti di luar negeri) oleh informasi yang tepat yang dapat lewat media mana saja, tetapi jangan menggunakan e-learning karena yang kita paling tidak perlu adalah jutaan guru seperti robot :-)

Ini hanya dasarnya, ada banyak informasi lain di FB maupun website saya. Mulai di:
http://teknologipendidikan.com/kebijakan-ict.html

Monday, June 21, 2010 15:03:00 Clicks: 439 Send to a friend Print Version
Boediono: Pembangunan Karakter Bangsa Difokuskan untuk SD dan SMP

*Mohon Membaca Saran Webmaster Di Bawah

Senin, 21 Juni 2010 15:03 WIB
Penulis : Dwi Tupani

JAKARTA--MI: Wakil Presiden Boediono meminta pembangunan karakter bangsa difokuskan pada anak usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Akhirnya, demi mudahnya operasional kita fokuskan ke SD dan SMP, kata Boediono dalam pembukaan Seminar Peran Kebudayaan dalam Membangun Karakter Bangsa di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Senin (21/6).

Turut hadir Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.

Menurut Boediono acara ini diharapkan dapat menampung masukan, saran dan pandangan dari ahli pendidikan dan kebudayaan. Acara ini dapat menyampaikan dan merumuskan dialog dalam langkah-langkah yang operasional, kata Boediono.

Masalah karakter bangsa merupakan hal yang penting dan menjadi salah satu konsentrasi pemerintah. Dia melanjutkan hal itu didasari sejumlah alasan, yaitu beberapa tahun terakhir ini perlu adanya pemantapan nilai-nilai moral dan adanya nilai dan semangat patriotisme yang semakin memudar.

Globalisasi telah mengakibatkan jati diri bangsa mulai pupus. Fokus pembangunan karakter ini akan melibatkan seluruh aspek tidak hanya kebudayaan dan kesenian.

Tentu tidak hanya difokuskan ke satu sisi saja, ada pendidikan, agama bahkan pembangunan kemampuan, kata Guru Besar Universitas Gadjah Mada ini. (Tup/OL-9)

Sumber: Media Indonesia Online
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/06/21/150442/
88/14/Boediono-Pembangunan-Karakter-Bangsa-Difokuskan-untuk-SD-dan-SMP-

Saran Webmaster: Re: 'Difokuskan untuk SD dan SMP'

Menurut saya yang perlu difokuskan untuk 'Pembangunan Karakter Bangsa' adalah 'Karakter Kemendiknas dan Dinas Pendidikan':

'Korupsi terjadi di semua tingkatan dari KemenDikNas, dinas pendidikan, hingga sekolah' (ICW) 'Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya'. ICW: Analisis 5 Tahun Pemberantasan Korupsi Pendidikan (2004-2009). http://pendidikan.net/index.html#5langkah

Salam Pendidikan